tin__tun

...these words comes from heart...

Teganya Dikau Pak Ketua DPR

Posted by thiena On 04.05 0 komentar

Siang ini saya lumayan kaget membaca bahwa Ketua DPR yang terhormat di protes banyak orang. Bukan cuma kaget sih sebenarnya, Kesel bin Mangkel rasanya denger Pak Marzuki Ali tega ngomong gitu.
Loh? kok bisa?
Ternyata emang dasar pak Marzuki Ali emang nyari gara-gara lah istilahnya.
Kok bisa santai-santainya ngasih komentar ringan seperti itu. Ke media lagi. Saya jadi kepikiran, jangan-jangan bapak ini mau juga kaya' artis-artis. Cari sensasi biar terkenal.
Kalo cuma mau terkenal aja sih pak. Mending Lipsing centil ajaa.. kali aja bisa lebih heboh daripada Keong Racun-nya Sinta and Jojo.
Daripada bapak ngasih komen yang bikin panas kuping dan sangat ga enak di hati.
Komen bapak santai banget ya. “Mentawai kan jauh. Itu konsekuensi kita tinggal di pulaulah,” kata Marzuki di Gedung DPR seperti dikutip salah satu media online.
Ckckck..
Saya jadi ingat salah satu adegan film Ada Apa Dengan Cinta (AADC)
Saat Cinta bingung sama sikap tidak bersahabat yang ditampakkan Rangga kepada dia dan teman-temannya.
"Terus kenapa? Salah Gue? Salah temen-temen gue?"
Saya posisikan pak Marzuki Ali sebagai Rangga. Walau tidak seganteng Nicholas Saputra. Tapi kesannya sama gitu. Pak DPR yang terhormat tidak menunjukkan rasa empatinya kepada oranglain.
Kalau saja warga Mentawai bisa bilang..
"Gue kena Tsunami.. Terus kenapa?? Salah gue? Salah temen-temen gue?"
Tuh pak..
Bisa jawab ga? Enak aja bapak bilang itu salah satu konsekuensi tinggal di pulau. Hello pak... emang bapak bukan tinggal di pulau?? heh?? (baca dengan gaya anak gaul)

Sekian dan terima kasih..
Saya hanya mau ngungkapin gimana keselnya saya denger bapak yang seharusnya mewakili rakyat. Malah menyalahkan rakyat.

*kalau ada yang tersinggung sebelumnya saya minta maaf

^salam^


 Senin 25 Oktober 2010, pukul 21.42 WIB, sebuah gempa berkekuatan 7,2 skala Richter terjadi di barat daya Pulau Pagai, Mentawai, Sumatera Barat. Sebuah tsunami pun lahir, menghantam kawasan pantai barat gugusan kepulauan di kabupaten terluas di Sumatera Barat itu.

Kurang 24 jam, pada Selasa 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB, Gunung Merapi mengeluarkan erupsi pertama setelah dari sebulan sebelumnya dinyatakan bahaya. Erupsi-erupsi menghasilkan awan panas yang kemudian diketahui menewaskan 29 orang termasuk Juru Kunci Merapi, Mbah Maridjan.

Apakah dua peristiwa alam ini terkait satu sama lain?

Pakar Geodesi dari Institut Teknologi Bandung, Hasanuddin Z Abidin, menyatakan kedua peristiwa ini berjauhan lokasinya. Menurutnya, terlalu spekulatif apabila menyimpulkan kedua bencana itu ada keterkaitan satu sama lain.

"Terlalu jauh. Saya rasa nggak berhubunganlah," kata Hassanudin dalam perbincangan telepon dengan VIVAnews, Rabu 27 Oktober 2010.

"Mentawai kita ketahui memang dari dulu sering terjadi gempa, sementara aktifitas Merapi itu pun memang ada siklusnya. Lagipula gunung-gunung yang lebih dekat dengan Mentawai seperti misalnya yang ada di Padang saja, itu tidak menunjukkan reaksi apa-apa terkait gempa Mentawai. Jadi menurut saya, terlalu spekulatif kalau menghubungkannya. Mungkin hanya kebetulan saja waktunya sangat berdekatan," kata Hasanuddin.

Ketika ditanya apakah akan ada gempa yang lebih besar lagi di Mentawai setelah gempa dahsyat yang terjadi 25-26 Oktober kemarin, Hasanuddin menegaskan hal itu bisa saja terjadi. "Itu biasa, suatu tempat kalau sudah pernah terjadi gempa pasti nanti akan terjadi lagi gempa di tempat itu. Cuma saja kapan waktunya ini yang susah diprediksi," katanya.

Variasi waktu gempa susulan itu berbeda-beda, tambah Hasanuddin. Bisa dalam hitungan jam, hari, bulan, bahkan ada yang tahunan.

"Biasanya kalau gempa yang besar, itu akan butuh waktu lama untuk terjadi gempa lagi. Mentawai kan kemarin kekuatannya 7,2 skala richter, termasuk besar, nah ini akan akan butuh waktu lama untuk terjadi gempa besar lagi. Makanya menurut saya tidak dalam waktu dekat ini akan terjadi gempa besar lagi, karena dia mesti menyimpan energi dalam waktu lama," kata Hasanuddin.
Pesisir Pantai Pagai, Kepulauan Mentawai, yang dilanda tsunami
Kawasan terkena tsunami di Mentawai

Penekanan Mitigasi

Hasanuddin menyatakan, yang paling penting dalam penanganan bencana ini adalah mitigasi. "Pemerintah seharusnya lebih care (peduli) dengan riset-riset kebencanaan yang di hulu," katanya.

Riset-riset hulu yang dimaksud itu adalah yang mengenai peringatan dini (early warning), studi potensi bencana, atau identifikasi bencana. "Kita sangat lemah dalam soal early warning. Menurut saya, pemerintah sangat kurang perhatian dalam mitigasi bencana. Saya sering gregetan," katanya.

Mestinya kalau pemerintah serius menaruh perhatian dalam mitigasi bencana, studi atau riset kebencanaan yang ada bisa bermanfaat untuk memperkirakan kapan terjadi bencana dan mengantisipasinya sehingga sedapat mungkin tidak ada kerugian dan korban yang besar.

Hasanuddin meminta pemerintah agar memasukkan juga studi kebencanaan sebagai prioritas perhatian. "Memang studi kebencanaan tidak menghasilkan uang, tetapi itu kan penting, karena bencana ini adalah bahaya laten dan dampaknya juga costly (biaya tinggi). Indonesia ini masuk daerah yang sering terjadi gempa. Jangan selalu repot bertindak setelah kejadian," katanya.

Mbah Maridjan... SAE...!!!!

Posted by thiena On 02.10 0 komentar

Pemakaman keluarga Srumen, Glagaharjo, Cangkringan di kaki Gunung Merapi yang biasanya senyap, hari ini, Kamis 28 Oktober 2010 ramai.

Ribuan orang datang untuk melepas jenazah Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi.

Setelah sampai ke area pemakaman, jenazah Mbah Maridjan harus menunggu 45 menit, menunggu para pelayat selesai membacakan tahlil di sekitar liang lahatnya.

Pada pukul 12.00 WIB, jenazah dibawa ke liang lahat. Sejumlah tokoh menghadiri pemakaman seperti Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat, aktor Donny Kesuma, dan Bupati Sleman Bupati Sleman Sri Purnomo.

Sementara pihak keraton diwakili putri Sultan Hamengkubuwono X, GKR Pembayun dan adik Sultan, GBPH Prabu Kusumo.

Saat jenazah hendak dimasukkan ke lubang kubur, kiai menanyakan pada para pelayat, pendapat mereka tentang Mbah Maridjan semasa hidup. 

"Mbah Maridjan sae nopo awon para rawuh." [Mbah Maridjan, baik apa tidak].

Dijawab keras-keras oleh ribuan pelayat, "Sae!".

Kemudian, jenazah dimasukkan ke liang, seluruh pelayat mengumandangkan 'La illahaillallah' berulang kali.

Tak hanya jadi perhatian media dalam negeri. Pemakaman Mbah Maridjan juga diliput sejumlah media asing seperti CNN dan Reuters -- bukti bahwa nama Mbah Maridjan mendunia.

Pria bernama  Mas Penewu Suraksohargo ini adalah juru kunci Merapi sejak tahun 1982.

Nama Mbah Maridjan naik daun saat Merapi meletus pada 2006 lalu. Saat itu, ia menolak untuk mengungsi meski dibujuk langsung oleh Sultan Hamengku Buwono X.

Sikap Mbah Maridjan menuai kecaman sekaligus pujian.  Karena keberaniannya dan setia pada tugasnya merawat Merapi.

Letusan Merapi tahun Oktober 2010 ini jadi tugas terakhir bagi sang kuncen.

Dia ikut tewas ketika kampung asrinya, Kinahrejo diterjang awan panas Merapi 'wedhus gembel'. 

Pada Rabu pagi 27 Oktober 2010 pagi, pria yang mengabdi di Merapi sejak 1982 itu ditemukan  tewas di rumahnya. Dalam posisi bersujud.

Meski ada yang mengatakan ia gagal mengelakkan bencana, Mbah Maridjan adalah gambaran seorang yang setia dan amanah mengembang tugas hingga ajal. The last man standing on Merapi.
(Laporan: Fajar Sodiq| Yogyakarta, 

Racun Penumbuh Cinta

Posted by thiena On 01.56 0 komentar

Dikisahkan, seorang wanita baru menikah dengan pria yang dicintai dan tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Tidak lama setelah mereka berumah tangga, sangat terasa banyak ketidak cocokan di antara menantu dan sang mertua. Hampir setiap hari terdengar kritikan dan omelan dari ibu mertua. Percekcokan pun seringkali terjadi. Apalagi sang suami tidak mampu berbuat banyak atas sikap ibunya.

Saat sang menantu merasa tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, dia pun akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu demi melampiaskan sakit hati dan kebenciannya.

Pergilah si menantu menemui teman baik ayahnya, seorang penjual obat ramuan tradisional. Wanita itu menceritakan kisah sedih dan sakit hatinya dan memohon agar dapat diberikan bubuk beracun untuk membunuh ibu mertuanya.

Setelah berpikir sejenak, dengan senyumnya yang bijak, si paman menyatakan kesanggupannya untuk membantu, tetapi dengan syarat yang harus dipatuhi si menantu. Sambil memberi sekantong bubuk ramuan yang dibuatnya, sang paman berpesan, "Nak, untuk menyingkirkan mertuamu, jangan memberi racun yang bereaksi cepat, agar orang-orang tidak akan curiga. Karena itu, saya memberimu ramuan yang secara perlahan akan meracuni ibu mertuamu. Setiap hari campurkan sedikit ramuan ini ke dalam masakan kesukaan ibu mertuamu dari hasil masakanmu sendiri. Kamu harus bersikap baik, menghormati, dan tidak berdebat dengannya. Perlakukan dia layaknya sebagai ibumu sendiri, agar saat ibu mertuamu meninggal nanti, orang lain tidak akan menaruh curiga kepada kamu."

Dengan perasaan lega dan senang, diturutinya semua petunjuk sang paman penjual obat. Dilayaninya sang ibu mertua dengan sangat baik dan penuh perhatian! Setiap hari, ia menyuguhkan aneka makanan kesukaan si ibu mertua.

Tidak terasa, empat bulan telah berlalu dan terjadilah perubahan yang sangat besar. Dari hari ke hari, melihat sang menantu yang bersikap penuh perhatian kepadanya, ibu mertua pun merasa tersentuh. Ia berbalik mulai menyayangi si menantu bahkan memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Dia juga memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa menantunya adalah seorang penuh kasih dan menyayanginya.

Menyadari perubahan positif ini, sang menantu cepat-cepat datang lagi menemui sang paman penjual obat, "Tolong berikan kepada saya obat pencegah racun pembunuh ibu mertua saya. Setelah saya patuhi nasihat paman, ibu mertua saya berubah sangat baik dan menyayangi saya seperti anaknya sendiri. Tolong paman, saya tidak ingin dia meninggal karena racun yang telah saya berikan".

Sang paman tersenyum puas dan berkata "Anakku, kamu tidak perlu khawatir. Bubuk yang saya berikan dulu bukanlah racun, tetapi ramuan untuk meningkatkan kesehatan. Racun yang sebenarnya ada di dalam pikiran dan sikapmu terhadap ibu mertua. Sekarang semua racun itu telah punah oleh kasih dan perhatian yang kamu berikan padanya."

Urung ikut bersama rombongan yang menjemput, Mbah Maridjan memilih menuju masjid di dekat rumahnya untuk shalat maghrib. Ketika Mbah Maridjan berjalan menuju masjid, seorang anggota tim SAR meminta semua orang di halaman rumah untuk meninggalkan lokasi.
"Rekomendasi BPPTK, kita harus kosongkan tempat ini dan segera turun," kata anggota tim SAR itu.
Suara bergemuruh susul-menyusul terdengar dari lereng Merapi. Saya (Musyafik) tidak tahu persis apa yang terjadi waktu itu. Kabut sudah turun, jarak pandang mulai terbatas. Bahkan, Bramasto, teman saya, bilang turun hujan pasir.
Saat bersamaan, ketika Mbah Maridjan belum sampai ke pintu masjid, sirine bahaya peringatan letusan pun meraung-raung. Saya terkesiap dan kepanikan mulai muncul. Namun, naluri jurnalis muncul, saya bilang ke Bram, kita harus bertahan lima menit untuk melihat perkembangan terjadi.
Bahkan saya berniat ikut jemaah shalat Magrib di masjid. Saya sempat lihat ada dua perempuan, keluar dari mobil, salah seorangnya berjilbab berlari kecil menyusul Mbah Maridjan ke arah masjid. Tapi karena Bram sudah panik, dia memaksa saya segera turun.
Rombongan PLN sudah meninggalkan halaman rumah, termasuk mobil tim SAR dan sepeda motor anggota SAR. Sementara itu, dua pendaki, Itong dan temannya, memindahkan sepeda motor, bergeser ke sebuah rumah di sebelah bawah rumah Mbah Mardijan.
Saya sempat mengikuti dia dan berniat untuk ikut berlindung di tempat persembunyian kedua orang itu sebab dia sempat cerita sebelumnya, waktu letusan 2006, dia menyelamatkan diri di tempat itu. Namun, sebelum kami parkir motor, Bram lagi-lagi memaksa turun secepatnya.
Wajah dia terlihat sangat ketakutan. Hujan abu tebal waktu itu sudah turun menderas. Itu bisa kami rasakan saat motor melaju, mata saya kemasukan debu dan sangat perih. Saya waktu itu mengenakan helm yang berkaca depan.
Semula, Bram berusaha memacu motor. Tapi saya ingatkan pelan saja karena jarak pandang terbatas dan berbahaya. Setelah itu, saya tidak pernah lagi menengok ke arah rumah Mbah Maridjan. Entah apa yang terjadi di sana. Raungan sirine menjadi tanda perpisahan kami dengan Si Mbah.

artikel ini saya dapat dari salah satu website,,, saya lagi iseng aja nyari mengenai kisah cinta. eh ketemu artikel ini yang judulnya KETIKA ORANG TUA TIDAK MERESTUI CINTA KITA..
hehhe.. sepertinya seru kalo saya masukkan ke blog ku.. jadi lah saat ini [menjelang jam2 pulang kantor] ku posting dulu artikel ini..

Jatuh cinta dan memiliki seorang pacar memang menyenangkan dan bisa membuat hidup kita lebih indah dan tentunya lebih bersemangat lagi untuk menjalani hari demi hari demi. Tapi tidak semua kisah cinta itu berjalan mulus, selalu ada saja yang menghalangi atau bahkan membuat kisah cinta kita jadi lebih sulit untuk dijalani.
Dan mungkin yang paling sering terjadi adalah ketika orang tua tidak setuju atas hubungan cinta kita? Orang tua kita tidak mau menerima pilihan hati kita dan membenci orang yang jadi pacar kita.
Bila anda pernah mengalami seperti hal seperti ini, dimana hubungan cinta kita tidak mendapat restu dari orang tua, jangan kecil hati dulu dan jangan terburu-buru mengambil langkah yang bisa jadi, justru akan merugikan kehidupan kita.
Ketika orang tua tidak merestui hubungan kita, ada baiknya anda melakukan lagi cek dan rechek atas permasalahan yang sedang dihadapi, dan anda harus siap melihat dan menerima sisi baik maupun sisi buruk dari masalah ini.

Cek Motivasi Hubungan Cinta ini
Yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengetahui dulu motivasi apa yang menyebabkan kita memilih dia menjadi pacar kita? Apa tujuan dari hubungan yang kita jalin. Apakah tujuan kita memilih dia itu hanya untuk sekedar gila-gilaan, biar lebih dipandang sebagai ce/co gaul, atau mungkin ada motivasi lain yang lebih tinggi, misal karena kita menginginkan dia jadi istri/suami kita? Dengan mengetahui motivasi sebenarnya dari sebuah hubungan, kita bakal lebih mengetahui apakah kita emang  benar-benar cinta sama dia? atau justru cinta yang kita rasakan ini cuma sekedar perasaan kagum sesaat saja? Atau malah yang parah lagi bila kita memilih dia, cuma ingin teman-teman kita memandang kita hebat karena bisa mendapatkan dia, yang notabene ce/co idaman?
Nah, bila kita telah mengetahui apa sebenarnya motivasi dari hubungan cinta kita, dijamin kita bakal lebih mudah untuk menghadapi ketidaksetujuan dari orang tua kita.

Apakah ini Benar-Benar Cinta?
Sekali lagi, tanya pada diri kita sendiri, apakah yang kita rasakan ini adalah benar-benar cinta? Apakah emang kita benar-benar sayang sama dia? Saat kita jatuh cinta pada seseorang, kita akan selalu memandang semua hal itu mungkin dan bisa dilakukan. Dengan kekuatan cinta, kita bisa lebih bersemangat, apa yang tadinya terasa tidak mungkin menjadi mungkin.
Tapi ketika tiba-tiba orang tua tidak setuju dengan hubungan kita, maka akan dengan mudahnya kita menyalahkan mereka, dan menganggap mereka tidak mengerti dengan perasaan yang kita alami.

Apa Motivasi dari ketidaksetujuan Orang Tua
Langkah berikutnya adalah mengetahui apa motivasi dibalik ketidaksetujuan orang tua atas  hubungan cinta kita. Cari tahu latar belakang dari kehidupan orang tua kita dan kemudian kita bandingkan dengan latar belakang dari pacar kita, karena biasanya perbedaan latar belakang seringkali menjadi penyebab utama dari ketidaksetujuan orang tua. Ada banyak alasan yang bisa menyebabkan orang tua tidak merestui hubungan kita, dan itu semua harus kita cari tahu apa motivasi dari alasan-alasan tersebut.

Jika Orang Tua Kita Ternyata Salah
Orang tua juga manusia, tidak selamanya mereka selalu benar. Bila ternyata ketidaksetujuan mereka lebih dilatar belakangi karena masalah racis (perbedaan suku, warna kulit dst), kelas sosial, atau bahkan perbedaan pekerjaan (misal dia kurang mapan dibandingkan dengan kita). Bila itu semua yang menjadi alasan, maka sudah selayaknya kita berjuang mempertahankan hubungan cinta kita dan tidak begitu saja menyerah dan setuju dengan ketidaksetujuan orang tua kita.
Orang tua mungkin merasa khawatir bila ternyata hubungan cinta kita justru akan membuat kita sengsara, atau membuat kita dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Dan terkadang orang tua mempergunakan “aturan” atau “tata sosial” zaman dulu, yang terkadang kurang relevan dengan keadaan zaman sekarang.
Bila ternyata semua ini yang menjadi penyebab ketidaksetujuan orang tua kita, maka sudah sewajarnya kita bisa memberikan argumen yang tepat pada mereka untuk mempertahankan hubungan cinta kita. Bagaimanapun ketidaksetujuan yang disebabkan karena masalah rasis, kelas sosial sangat tidak bisa dibenarkan, meskipun itu semua datang dari orang tua kita sendiri.

Jika Orang Tua Kita Ternyata Benar
Tidak ada yang lebih mengenal kita, selain orang tua kita. Bahkan orang tua lebih tahu dan mengerti pada diri kita dibandingkan kita sendiri. Dan mungkin saja, karena kita sedang dibutakan oleh yang namanya cinta, hingga apa yang dilihat sebagai sisi buruk oleh orang tua kita justru kita tidak bisa menyadarinya. Yang kita lihat hanya sisi baik dan pandangan bahwa cinta itu selalu indah.
Kita harus ingat, orang tua sangat menyayangi kita dan mereka menginginkan supaya kita bisa bahagia dalam hidup ini. Jadi ketika mereka melihat sesuatu yang tidak beres dan merugikan, dalam hubungan cinta kita, tentu saja mereka bakal dengan tegas menolak dan tidak merestui hubungan kita.
Jika orang kita ternyata pernah mendengar bahkan tahu bahwa pacar kita tersebut punya perilaku yang buruk, dan mereka mengkhawatirkan kita bakal dilukai oleh pacar kita, tentu ada baiknya bila kita mencoba mendengarkan mereka, karena mungkin saja mereka ada benarnya.
Jika kita mulai berlaku liar, dan hidup kita mulai kacau, (misal kita mulai mempergunakan obat-obatan terlarang, minuman keras) karena pengaruh pacar kita, orang tua sudah pasti sangat tidak setuju dengan hubungan kita. Dan orang tua juga bakal tidak merestui, bila ternyata selama menjalin hubungan cinta, prestasi kuliah kita mulai menurun, atau kita mulai kehilangan sahabat dan teman kita. Sudah waktunya kita mendengarkan orang tua dan menghentikan hubungan cinta kita. Bagaimanapun, sebuah hubungan cinta yang terlalu banyak mengorbankan dan merugikan kehidupan pribadi kita, sudah merupakan sesuatu yang tidak menyehatkan bagi kelangsungan hidup kita.

Menemukan Jalan Keluar
Seperti dikatakan di awal tadi, cinta itu indah dan bisa membuat hidup lebih bersemangat dan lebih baik. Bila ternyata cinta yang kita jalani sekarang ini memang benar-benar membuat hidup kita lebih baik, lebih nyaman, dan pacar kita benar-benar sayang sama kita dan memberikan efek positif pada kehidupan kita, sudah sewajarnya kita mempertahankan hubungan cinta ini, meskipun orang tua tidak setuju.
Tapi ketika hubungan cinta dirasakan mulai “membahayakan” kehidupan pribadi kita, ada baiknya kita berpikir ulang, apakah perlu kita mempertahankan cinta ini? Perlu diingat baik-baik, kita tidak harus kehilangan hidup kita hanya karena kita jatuh cinta dan membina sebuah hubungan. Keluarga, teman dan kuliah atau sekolah kita, masih sangat penting bagi kehidupan kita. Membina sebuah hubungan cinta, tidak berarti bahwa kita mesti kehilangan itu semua. Bila kita mulai merasakan bahwa kita mulai kehilangan hidup kita, sudah waktunya kita berpikir untuk mengakhiri hubungan cinta ini.

Orang tua selalu mengharapkan yang terbaik buat kita, hadapilah ketidaksetujuan orang tua dengan kepala dingin dan sikap yang kooperatif. Boleh jadi mereka tidak suka dengan pacar kita, tapi suatu hari nanti mereka pasti akan bisa menerima hubungan cinta kita, bila kita mampu membuktikan bahwa apa yang kita lakukan bisa  membuat kehidupan kita lebih baik dan lebih indah untuk dijalani.

Selamat Jatuh Cinta!

Sepi Berbuah Rindu

Posted by thiena On 02.34 0 komentar

malam sunyi sendiri..
aih pasti itu yang kan kualami malam ini
tak apa lah..
toh sebelum ini aku pun selalu merasakannya
ku mungkin hanya akan sulit untuk adaptasi
kembali ke masa lalu ku

yang hanya ada aku, kamarku dan juga sepi
ya sepi tak pernah berhenti menyertaiku

sepi membawa rindu
jelas itu pasti
tapi apa lagi yang dapat kulakukan

kesatria ku telah menyerah
aku pun akan begitu
tak ingin tambah bebannya lagi
cukup lah sepi ini ku resapi, mencoba ku nikmati

"i'll by myself.... dont wanna be all by myself... anymore"

pelantun lagu ini menyanyikan lagu ini dengan power yang luar biasa. seakan-akan benar-benar menggambarkan betapa tak inginnya dia sendiri lagi di dunia ini.
kurasa siapa pun tak ingin sendirian. siapa pun di dunia ini pasti butuh orang lain. tanpa itu, rasa sepi pasti kan menghantui.

aku pun tak pernah mau sendiri
.hanya saja kenyataannya aku sering sendiri
aku sering sepi

hey.. aku jadi teringat bait puisi dari film indonesia paling fenomenal kala itu. Ada Apa Dengan Cinta.
"
Aku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
 Aku lari ke pantai, kemudian teriakku
 Sepi... Sepi dan sendiri aku benci.
 Aku ingin bingar. Aku mau di pasar.
 
 Bosan aku dengan penat,
 dan enyah saja kau, pekat!
 
 Seperti berjelaga jika aku sendiri
 Pecahkan saja gelasnya biar ramai
 Biar mengaduh sampai gaduh
 
 Ahh.. ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang
 di tembok keraton putih
 Kenapa tak goyangkan saja loncengnya?
 Biar terderah,
 atau... aku harus lari ke hutan belok ke pantai?"

sepi, sepi dan sendiri aku benci. ya, aku benci sepi dan sendiri.

tapi hingga saat ini sepi lah yang selalu setia menemaniku. ku usir dariku. sepi akan kembali.

semalam...
salah satu orang yang menjadi tumpuan ku menghalau sepi. telah menyerah..
tak sanggup menemaniku menikmati kesepian.
tak pernah menyalahkannya karena tak sanggup
sesungguhnya
aku pun tak sanggup akan sepi ini

kutahu sepiku selalu membebaninya
dan semalam
kuputuskan tuk tak menenggelamkannya lebih jauh lagi
ke rawa kelam kesepianku..

kuhanya ingin dia bahagia

dulu sempat berjanji tuk lawan sepi ini.
hanya saja..
dia menyerah..
dan aku pun tak ingin menahannya

hey kau kesatria penghalau sepi malam-malamku..
lanjutkan lah hidupmu

bahagia lah
karena mentari mulai muncul malu-malu hari ini
ku takkan lagi bebani mu dengan sepi ku

aku bisa hadapi sepi ini
karena aku tlah terbiasa
ku punya cara sendiri tuk hadapinya

bahagia lah kesatria..

sepiku.. hanya untuk diriku sendiri sekarang..
tak kan kubagi...

Mamaku Hobi Merepet

Posted by thiena On 21.36 0 komentar

“Ade, cepat bangun… Segera bukan jendela dan kerjakan pekerjaan rumah…
Tidak baik menunda-nunda!”
“Hey cepat-cepat buka jendela lalu bekerja…”
“Ade… kalo kerja itu jangan setengah-setengah.. kalau mau dibereskan.. sekalian dibereskan…”
“bla..bla..bla..lainnya lagiii…..
Repetan semacam ini lah yang kuhadapi setiap hari. Kata-kata pamungkas mama kalau sudah melihatku sedikit saja tidak melakukan apa-apa (padahal menurutku aku sudah melakukan banyak pekerjaan rumah). Kadang kesal menyeruak di batinku jika mama merepet tidak jelas, ingin sekali rasanya membalas kata-kata mama. Aih, tapi alih-alih membalas kata-kata mama. Untaian kata-kata balasan yang sudah tersusun rapi di kepalaku itu pasti jadinya kutelan lagi. Atau mungkin masi tersimpan di peti baja di sudut otakku.
Aku mungkin adalah anak mama yang paling sering dan paling lama kena repet (baca:omelan) mama. Ya bagaimana tidak, kakak pertama ku SMP hidup terpisah dari kami, SMA ikut kami di Padang,tapi selepas SMA langsung masuk AKMIL Darat. Kalau kuhitung-hitung hanya 15 tahun saja kakak pertama ku merasakan repet mama yang pamungkas itu.
Kalau kakak ku yang kedua, waktu SMP sempat tidak ikut aku, papa n mama tapi SMA kakakku ikut kami. Hanya saja masuk kuliah, baru mau masuk semester II kakak ku yang memang berparas cantik itu di pinang oleh seorang Kapten, yang kemudian menjadi kakak ipar idolaku. Paling-paling hanya 17 tahun dirasakannya repetan mama.
Dan aku, dari keluar rahim hingga sekarang umurku masuk 24 tahun hanya selama 4 tahun aku jauh dari orangtua itu pun untuk keperluan pendidikan ku di universitas. Paling tidak 20 tahun aku merasakan kata-kata pamungkas mama yang kadang menjengkelkan tapi bikin kangen hehe.. still love you full mama.. :-*
Heyho.. Postinganku kali ini bukan mau mengeluh atas repetan dan kata-kata pamungkas mama ku. Dulu mungkin aku bisa kesal tapi makin dewasa aku makin bisa memaknai bahwa dibalik semua repetan mama itu. Ada niat baik dan memang untuk kebaikan dan kesuksesan ku di masa depan. LOVE YOU MAMA…
Nah ini dia penjelasanku mengenai repetan mama, pamali-pamali yang selalu diingatkannya buat anak bungsunya ini.
Kata-kata pamungkas yang selalu keluar dari bibir mamaku tercinta. Kadang rasanya sebal bila mendapatkan omelan yang sama setiap hari. Tapi, mungkin memang aku yang masih harus diingatkan selalu untuk tidak menunda berbagai pekerjaanku.
Kalau kata orang-orang dulu, “Segera bergerak sebelum rejeki mu di patok ayam”. Mungkin itu yang mama maksud agar aku selalu berusaha bangun lebih cepat dari mentari.
Mungkin ada yang menganggap itu hanyalah bualan atau pamali yang dibuat-buat oleh orang tua dulu agar kita anak-anaknya segera bangun dan membantu pekerjaan mereka. Ohh.. jangan langsung berpikiran negatif begitu donk.
Kalau bagiku, segala omelan dan juga pamali-pamali yang diberikan oleh orang tua dulu itu bisa kita dalami dan logika kan, bila anda yang menganggap pamali itu tidak logis. Aku pernah dengar kalimat motivasi yang mengatakan “Kesempatan mungkin tidak datang 2 kali”. So, bukan kah bila kita tidak buru-buru bekerja untuk menggapai kesempatan itu kemungkinan besar kita akan kehilangan kesempatan itu sendiri.
Ada juga kalimat motivasi yang mengatakan bahwa, “Keep Move On, tetaplah bergerak”. Seperti ucapan orangtua dulu, cepat bangun dan bergerak, bekerja. Jadi, percuma saja jika kita hanya bangun atau tersadar bahwa kita harus sukses bila tak berbuat apa-apa. Untuk menggapai sukses itu, ya harus bergerak, ya harus bekerja. Itu HARUS..!
“Sukses butuh kecekatan kerja, jangan sampai kehilangan kesempatan”. Sekali lagi, bukti bahwa pamali itu bukan hanya untuk menyusahkan dan membuat repot. Jelas saja, jika kita tak cekatan menggapai kesempatan.
Dari segala panjang kali lebar penjelasan saya mengenai omelan dan pamali orangtua ku tadi satu hal yang paling tegas adalah. “Sukses butuh kecekatan kerja, jangan sampai kehilangan kesempatan untuk meraih sukses , don’t waste your time !”
Sekali lagi.. AKU SAYANG MAMA.. hehehe.. :)

tulisan ini juga terbit di http://sosbud.kompasiana.com/2010/05/11/mama-ku-hobi-merepet-ngomel/

Rambutku Tinggal 3 Helai

Posted by thiena On 02.58 0 komentar

Ditemani dengan lagu reggae,,, Sambil goyang-goyang kepala dan badan… Sambil ngemil pisang ijo… Sambil menikmati suara gemuruh hujan deras dari ruangan kerjaku.. Sambil ditemani dengan deadline tugas-tugas harian yang numpuk tiap harinya.. Umm.. Memang bukan situasi yang sempurna.. Tapi lumayan lah…

Ada masalah yang mengganggu pikiran, masi tidak bisa benar-benar merasa bahagia…? Ya mungkin saja, karena kan kita tak mungkin hidup tanpa masalah. Justru masalah yang membuat kita makin dewasa.

Saya jadi ingat ada sebuah cerita yang sebenarnya tidak terlalu istimewa. Tapi bisa membuat saya merasa bahwa saya memang punya masalah. Tapi bukan berarti saya tidak bisa bahagia..

Suatu pagi, seorang wanita merasa sedih ketika ia bercermin. Ia menemukan ia hanya memiliki tiga helai rambut di kepalanya. Tiba-tiba, ia tersenyum. “Hari ini,” katanya, “Saya akan mengepang rambut saya!” Dan setelah melakukannya, ia berjalan keluar rumah dan bersenang-senang.
Pagi berikutnya, wanita itu bangun dan merasa sedih tatkala ia bercermin. Ia menemukan ia hanya memiliki dua helai rambut. Tiba-tiba, ia tersenyum. “Hari ini,” katanya, “Saya akan menyisir dengan belahan di tengah.” Setelah ia melakukannya, ia berjalan keluar rumah dan bersenang-senang.
Pagi berikutnya, wanita itu bangun dan merasa sedih tatkala ia bercermin. Ia menemukan ia hanya memiliki sehelai rambut yang
tersisa. Tiba-tiba, ia tersenyum. “Hari ini,” katanya, “Saya akan menyisir rambut saya menjadi berponi.” Setelah ia melakukannya, ia berjalan keluar rumah dan bersenang-senang.
Pagi berikutnya, wanita itu bangun dan merasa sedih tatkala ia bercermin. Ia menemukan tak ada lagi rambut yang tersisa. Tiba-tiba, ia tersenyum. “Yiipiii!” teriaknya kegirangan, “Saya tidak perlu repot dengan rambut hari ini!” Dengan segera, ia berjalan keluar dan bersenang-senang.

Sebuah kue coklat dengan coklat yang tebal memberi kesenangan.

Sebuah film komedi, dengan setoples popcorn, memberi kesenangan.

Sebuah ciuman memberi kesenangan.

Menaiki roller coaster memberi kesenangan.

Apa perbedaan antara kesenangan dan kebahagiaan?

Kesenangan adalah suatu pekerjaan luar.
Sedangkan kebahagiaan adalah suatu pekerjaan bagian dalam.
Kebahagiaan tidak tergantung pada kondisi eksternal apapun. Yap, sekalipun jika Anda hanya memiliki tiga helai rambut di kepala Anda.
Kebahagiaan bukan berarti tidak ada masalah.

Kutu Anjing

Posted by thiena On 20.29 0 komentar

Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya. Namun, apa yang terjadi bila ia dimasukan ke dalam sebuah kotak korek api kosong lalu dibiarkan disana selama satu hingga dua minggu? Hasilnya, kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja! Kemampuannya melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang.
Ini yang terjadi. Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api ia mencoba melompat tinggi. Tapi ia terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi dan terbentur lagi. Terus begitu sehingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri.
Ia mulai berpikir, “Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini.” Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman. Dia tidak membentur. Saat itulah dia menjadi sangat yakin,”Nah benar kan ? Kemampuan saya memang cuma segini. Inilah saya!”

Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayat. Kemampuan yang sesungguhnya tidak tampak. Kehidupannya telah dibatasi oleh lingkungannya.
Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api. Misalnya anda memiliki atasan yang tidak memiliki kepemimpinan memadai. Dia tipe orang yang selalu takut tersaingi bawahannya, sehingga dia sengaja menghambat perkembangan karir kita. Ketika anda mencoba melompat tinggi, dia tidak pernah memuji, bahkan justru tersinggung. Dia adalah contoh kotak korek api yang bisa mengkerdilkan anda.
Teman kerja juga bisa jadi kotak korek api. Coba ingat, ketika dia bicara begini, “Ngapain sih kamu kerja keras seperti itu, kamu nggak bakalan dipromosikan, kok.” Ingat! Mereka adalah kotak korek api. Mereka bisa menghambat perkembangan potensi diri Anda.
Korek api juga bisa berbentuk kondisi tubuh yang kurang sempurna, tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagianya. Bila semua itu menjadi kotak korek api maka akan menghambat prestasi dan kemampuan anda yang sesungguhnya tidak tercermin dalam aktivitas sehari-hari.
Bila potensi anda yang sesungguhnya ingin muncul, anda harus take action untuk menembus kotak korek api itu. Lihatlah Ucok Baba, dengan tinggi tubuh yang di bawah rata-rata ia mampu menjadi presenter di televisi. Andapun pasti kenal Helen Keller. Dengan mata yang buta, tuli dan “gagu” dia mampu lulus dari Harvard University . Bill Gates tidak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi “raja” komputer. Andre Wongso, tidak menamatkan sekolah dasar namun mampu menjadi motivator nomor satu di Indonesia .
Contoh lain Meneg BUMN, Bapak Sugiharto, yang pernah menjadi seorang pengasong, tukang parkir dan kuli di Pelabuhan. Kemiskinan tidak menghambatnya untuk terus maju. Bahkan sebelum menjadi menteri beliau pernah menjadi eksekutif di salah satu perusahaan ternama.
Begitu pula dengan Nelson Mandela. Ia menjadi presiden Afrika Selatan setelah usianya lewat 65 tahun. Kolonel Sanders sukses membangun jaringan restoran fast food ketika usianya sudah lebih dari 62 tahun.
Nah, bila anda masih terkungkung dengan kotak korek api, pada hakekatnya anda masih terjajah. Orang-orang seperti Ucok Baba, Helen Keller, Andre Wongso, Sugiharto, Bill Gates dan Nelson Mandela adalah orang yang mampu menembus kungkungan kotak korek api. Merekalah contoh sosok orang yang merdeka, sehingga mampu menembus berbagai keterbatasan.
BREAK YOUR BORDER . . . . TOUCH THE SKY . . . . !
Semoga dapat memacu kita untuk berkarya dimanapun …….
(Albert Zhu)

Di provinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada papanya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati, membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa. Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat, maka mereka pun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan negara yang tinggi kepadanya.
Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China. Tepatnya 27 Januari 2006 pemerintah China, di provinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara nasional ke seluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.

Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Bagi saya Zhang Da sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar manusia. Atau lebih tepatnya ia adalah yang terbaik di antara 140 juta manusia. Tetapi jika kita melihat apa yang dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan sampai sekarang (ia kini berumur 15 tahun), dan satu-satunya anak diantara 10 orang yang luar biasa tersebut maka saya bisa katakan bahwa Zhang Da dan apa yang dilakukannya, maka saya mau katakan bahwa ia luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China.
Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggung jawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk papanya dan juga dirinya sendiri. Ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggung jawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah, di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.
Zhang Da Merawat Papanya yang Sakit
Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggung jawab untuk merawat papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya. Ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya. Semua ia kerjakan dengan rasa tanggung jawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggung jawabnya sehari-hari.
Zhang Da Menyuntik Sendiri Papanya
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur 10 tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, saya pun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.
Aku Mau Mama Kembali
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya,
“Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu? Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah? Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!”
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu.” Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, “Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah!” demikian Zhang dan bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.
Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu. Saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya? Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya, pasti semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apayang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.


Lynn memang sudah meninggal dunia pada Desember 2008, namun catatan harian online yang pernah ia bagikan pada sahabatnya baru muncul baru-baru ini di media.

Berikut ini adalah testimoni dari catatan harian berjudul 'Do Not Resuscitate' atau 'Jangan Bersandar' yang dibuat Lynn, seperti dilansir Timesonline, Kamis (28/1/2010),

"Saya tidak tahu bagaimana harus memulainya. Saya hanya ingin mati dan berharap semua orang mengerti dengan alasan dan keputusan saya. Saya sangat, sangat, sangat ingin mati karena sakit ini sudah tak tertahan lagi. Lebih dari 16 tahun saya mengidap penyakit mematikan ini, saya lelah dan merasa tidak bisa menanggung penyakit ini lagi untuk setiap detik, menit dan harinya.

Saya tidak bisa lagi menggantung harapan bahwa suatu hari saya bisa sembuh. Keputusan untuk mati ini sudah sangat lama dan keras saya pikirkan. Saya yakin hanya itu yang saya inginkan untuk saat ini. Meskipun hal ini sudah didiskusikan panjang lebar dengan orang tua saya, tapi mereka benar-benar tidak rela jika saya pergi.

Saya sudah coba mengakhiri hidup dengan menyuntikkan morfin dosis tinggi ke dalam pembuluh darah, tapi ternyata tubuh ini sudah toleran terhadap morfin. Dari situlah orang tua saya pertama kali tahu betapa depresinya saya. Saya sudah berusaha menyembunyikan perasaan tersebut dengan menampakkan wajah ceria di depan mereka. Tapi saya justru diberi obat antidepresi.

Obat-obatan berhasil membuat saya berhenti menangis terus menerus, tapi tidak bisa menghentikan keinginan saya untuk tidak berada di planet ini lagi. Tidak ada yang bisa mengubah pikiran itu. Saya tahu kemungkinan untuk sembuh dan menjalani hidup dengan normal seperti yang saya bayangkan sangatlah tipis.

Rahim saya sudah diangkat. Saya tidak akan pernah bisa mewujudkan keinginan favorit saya untuk punya anak. Saat ini saya berusia 31 tahun dan seharusnya sudah punya pasangan. Tulang saya sudah oesteoporosis, setiap kali batuk atau bersin, risiko patah tulang bisa saja terjadi. Semua impian saya untuk bisa berenang, berperahu, berlari, bersepeda sudah sirna sejak saya mengidap penyakit ini di usia 14 tahun.

Tubuh ini sudah lelah dan semangat hidup saya sudah patah. Saya merasa cukup. Saya mengerti jika orang-orang mengira saya depresi berat, tapi keinginan untuk meninggalkan semua rasa sakit ini terus memuncak. Saya benar-benar ingin mati. Saya tidak tahu lagi berapa jam yang sudah saya habiskan untuk mendiskusikan keinginan ini dengan ibu. Tapi ia selalu berusaha mati-matian mengubah pandangan dan pola pikir saya.

Sampai saat ini saya masih bisa bertahan karena tabung-tabung medis, pompa dan obat-obatan. Tanpa semua teknologi modern ini, saya tidak akan ada disini. Bayangkan Anda berada di sebuah ruangan kecil dan terdampar di atas kasur selama 16 tahun. Bayangkan menjadi perawan di usia 30 tahun dan tidak pernah tahu rasanya ciuman. Bayangkan rasa sakit mempunyai tulang seorang wanita berusia 100 tahun dan tidak bisa bergerak kemana-mana karena risiko patah tulang. Bayangkan ibu Anda mengelap tubuh dan membersihkan kotoran Anda setiap saat. Bayangkan terpenjara di dalam hidup yang menyedihkan.

Saya tidak perlu membayangkan semua itu karena tubuh dan pikiran saya sudah hancur. Saya sangat putus asa dengan sakit ini. Saya mencintai kedua orang tua saya, tapi saya tidak bisa memberikan apa-apa untuk mereka. Saya justru menyandarkan hidup pada mereka dan menyita waktunya. Saya tahu hati mereka sebenarnya sangat hancur dan tidak ingin kehilangan saya. Bahkan mereka mengatakan lebih baik meninggal atau merasakan hal yang sama dengan saya. Saya sangat beruntung punya orang tua yang sangat luar biasa.

Tapi maafkan saya Ibu, Ayah, saya benar-benar ingin mati. Mereka terus menanyakan apakah hal itu yang benar-benar saya inginkan. Saya tidak bisa membayangkan betapa sulitnya ini semua bagi mereka. Saya tahu mereka tidak ingin kehilangan saya, tapi di sisi lain mereka juga tidak ingin saya menderita terus menerus karena penyakit ini. Saya tahu saya sudah bersifat egois karena mendahulukan kepentingan saya di atas kepentingan mereka. Tapi saya tidak bisa melakukan hal ini seorang diri tanpa bantuan orang tua saya".


Catatan itu ditulis Kay pada awal tahun 2008, hingga akhirnya pada Desember 2008, sang ibu Kay Gilderdale merasa tidak punya pilihan lagi selain membantu anaknya mengakhiri hidupnya. Bukan karena ia ingin Lynn pergi meninggalkannya atau karena lelah berdiskusi dengannya, tapi karena ia ingin Lynn keluar dari kegelapan.

Kay yang merupakan mantan perawat itu akhirnya menyuntikkan morfin dengan dosis berlipat-lipat ganda pada anaknya. Tapi Lynn masih belum meninggal dengan suntikan morfin itu. Kay pun panik dan mencobanya lagi, tapi kali ini ditambah beberapa pil dan suntikan udara. Dan saat itulah Lynn akhirnya meninggal dunia.

Atas tuduhan membantu sang anak bunuh diri, Kay sempat dibawa ke pengadilan. Namun kurang dari 2 jam, ia dinyatakan tidak bersalah karena kasusnya bukan percobaan pembunuhan, tapi atas seizin anaknya.

Lynn terdiagnosa penyakit ME saat usianya 14 tahun. Penyakit itu mengubahnya dari seorang gadis remaja aktif menjadi seorang yang pendiam dan tak berdaya.

Penyakit ME atau yang dikenal dengan Chronic Fatigue Syndrome (CFS) mempengaruhi hampir semua bagian saraf dan sistem imun tubuh. Gejala umumnya adalah rasa lelah dan letih yang sangat parah, memiliki masalah ingatan, konsentrasi dan otot yang lelah. Akibatnya seseorang tidak akan bisa melakukan apapun dengan kondisi demikian.

Penyebab pasti penyakit ini sampai sekarang belum diketahui, tapi beberapa infeksi viral seperti demam yang berhubungan dengan kelenjar serta trauma bisa memicu penyakit ini. Tidak ada obat yang benar-benar efektif mengatasi penyakit ini.


Sekian lama saya mengacuhkan blog pribadi saya ini. Sibuk dengan pekerjaan iya, sibuk dengan FB n Twitter juga iya, Sibuk dengan Blog saya di kompasiana, juga iya..

Kasian blog ku...
Nah, sekarang nih saatnya buat saya kayanya mau posting yang bisa memotivasi kita untuk lebih berpikir positif akan orang lain. Bahkan yang mungkin sangat membenci kita.

Mantan Presiden Amerika membuktikan bahwa tidak berprasangka buruk itu malah membuat kita memiliki teman bahkan saudara baru.
coba baca kisah ini..
 
Kasihilah musuhmu, dan berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu..

Abraham Lincoln, sebelum menjadi presiden sangat dimusuhi oleh Stanton. Tidak ada sebab yang jelas kenapa Stanton begitu membenci Lincoln. Beberapa orang mengatakan mungkin karena mereka saling bersaing dalam hal politik dan dalam upaya menarik perhatian publik.

kebencian Stanton ini makin menjadi-jadi saat Abraham Lincoln terpilih menjadi presiden Amerika. Pada awal-awal pemerintahan Lincoln, Stanton menyuarakan suara-suara tidak sedap kepada publik, dengan tujuan menjatuhkan wibawa Lincoln di hadapan rakyatnya.

Sebagai seorang presiden, sebenarnya sangat mudah bagi Lincoln untuk ‘merekayasa’ Stanton agar masuk penjara, atau sekedar ‘dihilangkan’ tanpa jejak. Tapi apa yang dilakukan Lincoln ? sebuah langkah mengejutkan dilakukan oleh Lincoln. Presiden ini memutuskan untuk mengangkat Stanton menjadi Menteri Pertahanan (Secreatry of War).

“Anda tidak sedang bergurau kan pak ? Stanton itu saingan politik anda, dalam setiap kesempatan ia selalu berusaha untuk menjatuhkan anda !” tanya asisten pribadi Lincoln.

Lincoln dengan tersenyum menjawab, “Saya memilih orang bukan berdasarkan rasa suka atau benci, tetapi lebih karena kemampuan yang ia miliki, Stanton adalah orang yang sangat tepat untuk posisi itu.” Lincoln kemudian melanjutkan, “Dan lagi, dengan menjadikannya kawan, bukankah justru di situ kita telah mengalahkan musuh ?”

Lincoln ternyata tidak salah, Setelah beberapa waktu berlalu Stanton telah menjadi sahabat dekat, sekaligus menteri yang amat setia. Sampai suatu ketika Lincoln mati terbunuh, Stanton-lah yang paling merasa kehilangan, saat itu Stanton bukan hanya kehilangan seorang atasan, kematian Lincoln telah membuat Stanton merasakan kehilangan sosok yang telah ia anggap sebagai sahabat, guru, dan saudara. Komentarnya tentang kematian Lincoln di media, mengharukan siapa saja yang mendengar atau membacanya.



Permusuhan tidak dapat dilawan dengan permusuhan, kebencian bukan sebuah jawaban yang tepat bagi kebencian. Permusuhan hanya bisa dilawan dengan kasih, sebagaimana kegelapan hanya bisa dilawan dengan terang, dan api hanya bisa dipadamkan dengan air.